Kamis, 12 Maret 2009

Ziyyad Al Jarrah, Satu Dari 19 The Magnificent

Kamis, 12 Maret 2009 |
Siapakah Ziyyad Al Jarrah ? Benarkah dia memiliki sepupu yang bernama Ali Al Jarrah, seorang agen Mossad sebagaimana diberitakan New Yorl Times baru-baru ini ? Betulkah Ziyyad Al Jarrah termasuk satu dari 19 Pemuda Pemberani yang malakukan aksi syahid pada persitiwa 911 ? Berikut biografi singkat Ziyyad Al Jarrah yang dikutip dari majalah Jihadmagz Edisi 3.

Ziyyad Al Jarrah. Beliau berasal dari Libanon, tanah Syam, tanah yang sama dengan Abu Ubaidah Al Jarrah. Beliau begitu lembut dan ikhlas. Semoga Allah ridho kepada beliau.Beliau lahir pada tanggal 11 Mei tahun 1975 di Mazraa, Lebanon dengan nama Ziad Samir Jarrah. Terdapat sejumlah variasi namanya, di antaranya Ziad Samir Al-Jarrah, Zaid Jarrahi, Ziad Jarrah Jarrat, dan Ziyad Samir Jarrah.

Beliau berasal dari keluarga kaya dan sekuler, namun semuanya itu bisa ditinggalkannya karena iman.Pada bulan Oktober 2006, sebuah video yang dirilis Al Qaeda dikeluarkan dan menunjukkan bahwa beliau bersama Muhammed Atta membacakan wasiat mereka pada bulan Januari 2000 di kamp pelatihan Peternakan Tarnak milik Syekh Usamah bin Ladin dekat Kandahar, Afghanistan.

Orang tua Jarrah tercatat sebagai Muslim Sunni, meskipun mereka hidup dengan gaya sekuler. Ketika berumur tujuh tahun, Israel menginvasi daerah selatan Lebanon, kenyataan yang kemudian mengarahkan kehidupannya nanti. Orang tuanya mengirimnya ke sekolah swasta Katolik di Beirut bernama La Sagesse, dimana dia bekerja sukarela di sebuah kamp untuk anak-anak cacat dan turut dalam program anti-narkoba. Selanjutnya dia menjadi pengasuh anak-anak yatim di gereja terdekat. Nilai akademiknya cukup baik, dan kedua orang tuanya merencanakan untuk mendapatkan pelajaran privat dalam matematika, fisika, dan kimia.

Dia tetap dekat dengan keluarganya; dia tampaknya satu-satunya pelaku aksi 9/11 yang berhubungan dekat dengan keluarga, termasuk pamannya Assem Omar Jarrah dimana surat izin kerjanya belakangan ditemukan dalam reruntuhan bersama dengan paspor Ziad. Pada masa kanaknya, dia selalu ingin menerbangkan pesawat, namun keluarganya tidak mendukungnya. “Aku tidak menghendakinya menjadi seorang pilot,” kata ayahnya kepada Wall Street Journal seminggu setelah serangan. “Aku hanya punya satu putra dan aku takut dia akan mengalami kecelakaan."

Dari tahun 1995 hingga 1996, ketika tinggal di Lebanon Ziad Jarrah, menurut keluarganya, seseorang dengan nama serupa menyewa sebuah apartemen di Brooklyn, New York. Para pemilik mengklaim bahwa itu adalah Ziad Jarrah yang sama dengan foto-foto yang ditunjukkan FBI.

Pada musim semi 1996, Jarrah pindah ke Jerman bersama sepupunya Salim. Di sana mereka mengambil kursus untuk mendapatkan sertifikat bahasa Jerman di Universitas Greifswald yang membutuhkan warga asing yang ingin belajar bahasa Jerman tetapi tidak berbicara dengan bahasa tersebut.
Pada tahun 1997, Jarrah meninggalkan Greifswald dan mulai belajar teknik ruang angkasa di Universitas Ilmu-ilmu Sains Terapan di Hamburg, sambil bekerja di toko cat Volkswagen dekat Wolfsburg. Selama berada di Hamburg, dia menyewa sebuah apartemen dari Rosemarie Canel, yang ingin mengecat lukisan dirinya yang ingin diberikan oleh Jarrah kepada ibunya sebagai hadiah pada bulan Desember.

Laporan Komisi 9/11 menyatakan bahwa Jarrah merupakan anggota Hamburg cell, bersama dengan Atta dan yang lainnya. Akan tetapi dia tidak tinggal besama satu pun dari mereka dan hanya dikonformasikan secara jelas pernah bertemu dengan mereka di Hamburg dalam satu waktu: yaitu pesta pernikahan Said Bahaji di Masjid al-Quds. Kedekatan hubungannya dengan mereka tidak diketahui.

Pada akhir tahun 1999, Jarrah, Muhammad Atta, Marwan al-Shehhi, Said Bahaji, dan Ramzi Binalshibh memutuskan untuk pergi ke Chechnya guna berjihad melawan tentara Rusia. Khalid al-Masri dan Mohamedou Ould Slahi membujuk mereka pada saat-saat terakhir supaya pergi saja ke Afganistan untuk bertemu Syekh Usamah bin Ladin dan berlatih untuk mengadakan serangan ke AS. Mereka diberitahu bahwa mereka ditugaskan untuk suatu misi sangat rahasia dan diinstruksikan untuk kembali ke Jerman dan mendaftarkan diri ke sekolah penerbangan.

Pada bulan Oktober 1999 Ziad Jarrah terlihat dalam film pada pesta pernikahan Said Bahaji bersama para pelaku aksi 9/11, termasuk Marwan al-Shehhi.
Pada tahun 2006 sebuah video menunjukkan bahwa Jarrah, masih memelihara janggut, membaca surat wasiatnya pada bulan Januari 2000 bersama Muhammad Atta. Tidak lama setelah itu, Jarrah mencukur janggutnya dan mulai berperilaku lebih sekuler. Sebagian besar pemuda pelaku aksi berusaha menutupi identitas mereka dan berbaur dengan masyarakat. Jarrah melaporkan paspornya dicuri orang pada bulan Februari 2000 dan menerima duplikatnya, sebagaimana halnya yang dilakukan oleh Atta dan al-Shehhi pada bulan sebelumnya.

Jarrah drop out dari kampusnya dan mulai mencari sekolah penerbangan. Dia mengklaim bahwa ini dilakukannya untuk memenuhi impian masa kecilnya untuk menjadi seorang pilot. Setelah mencari di sejumlah negara, dia berkesimpulan bahwa tidak ada satu pun sekolah penerbangan di Eropa yang memenuhi standar, dan atas saran kawan masa kecilnya, dia bersiap untuk pindah ke Amerika Serikat.

Tampaknya Jarrah masuk AS tujuh kali, lebih banyak dibandingkan yang lain. Pada tanggal 25 Mei 2000, dia membawa visa B-1/B-2 (turis/bisnis) ke AS. Pada tanggal 27 Juni 2000, dia datang ke AS untuk pertama kali, yaitu tiba di Newark International Airport. Dia kemudian pergi ke Florida dan mendaftarkan diri di Pusat Pelatihan Penerbangan Florida di Venice full-time. Jarrah tidak mengisi aplikasi untuk mengubah statusnya dari visa turis ke visa mahasiswa, yang berarti dia melanggar status imigrasinya.

Jarrah mendaftarkan diri di sekolah penerbangan untuk waktu enam bulan, dari bulan Juni 2000 hingga 15 Januari 2001. Di sekolah penerbangan, banyak rekannya menyukainya, menggambarkan dirinya sebagai seorang yang baik dan terpercaya.

Jarrah mendapatkan lisensi untuk menerbangan pesawat kecil dan mulai berlatih menerbangkan jet besar pada akhir tahun 2000.
Pada pertengahan Januari 2001, dia kembali terbang ke Beirut untuk mengunjungi ayahnya yang akan menghadapi operasi jantung.
Ketika kembali ke AS, dia melewati UEA, menurut para pejabat negara tersebut, yang pada awalnya dilaporkan diwawancarai oleh pejabat pemerintah negara tersebut pada tanggal 30 Januari 2001, atas permintaan CIA. Dia terus terang mengakui pernah ke Afganistan dan Pakistan, meskipun pihak CIA menyangkal klaim tersebut dan laporan Komisi 9/11 tidak menyebutkan hal tersebut. Sekolah penerbangan Florida dimana Jarrah belajar juga mengatakan bahwa dia berada di sekolah tersebut hingga 15 Januari 2001.

Pada tanggal 6 Mei, Jarrah mendaftarkan diri menjadi anggota untuk jangka waktu dua bulan di Pusat Kebugaran US1, sebuah gym di Dania Beach, Florida — dia bisa memperbaharui keanggotaannya untuk dua bulan lagi, dan akhirnya mendapat latihan bertempur jarak dekat dengan Bert Rodriguez.
Sekitar bulan tersebut diduga bahwa Ahmed al-Haznawi, yang tiba pada tanggal 8 Juni, pindah bersama Jarrah. Jarrah menyewa apartemen baru di Lauderdale-by-the-Sea setelah kedua pria tersebut memberikan fotokopi paspor Jerman mereka kepada pemilik gedung, yang kemudian dia menyerahkannya ke FBI.

Pada tanggal 25 Juni, Jarrah membawa al-Haznawi ke Rumah Sakit Holy Cross di Fort Lauderdale, Florida, atas saran pemilik apartemennya Charles Lisa. Al-Haznawi ditangani oleh Dr. Christos Tsonas dan memberinya obat antibiotik untuk luka kecil di betis kirinya. Sementara dia mengatakan kepada pegawai bahwa dia tersandung kopor, pihak media secara singkat melaporkan luka tersebut terlihat seperti cutaneous anthrax dengan berharap agar ada petunjuk adanya hubungan dengan serangan antraks pada tahun 2001, meskipun pihak FBI kemudian menyebut rumor tersebut dengan menyatakan bahwa

“Pengujian mendalam tidak menunjukkan bahwa antraks muncul bersama dengan kehadiran para pelaku aksi 911 di tempat mana pun."

Pada pertengahan Juli 2001, beberapa orang pelaku aksi dan anggota Hamburg cell berkumpul dekat Salou, Spanyol, dalam jangka waktu beberapa hari atau dua minggu. Karena pengunjung hotel sedang sepi pada saat itu, diperkirakan bahwa mereka menghabiskan waktu tertentu di dan sekitar rumah-rumah aman milik pimpinan Al-Qaidah di Spanyol, , Imad Yarkas.

Setelah peristiwa 9/11, para penyidik Spanyol mengikuti jejaknya ke belakang, dan peristiwa-peristiwa yang diketemukan tercatat dalam harian nasional berbahasa Spanyol El País. Para saksi mata mengatakan kepada para penyidik Spanyol mereka meliat seorang pria mirip Al-Shehhi pada tanggal 17 Juli 2001 di taman Universal Studios Port Aventura dekat Salou, Spanyol.

Pengunjung tersebut, yang ditemani oleh dua pria, sedang menanyakan soal kendaraan (yang bisa disewa) di kasir. Saksi-saksi mata mengindikasikan kedua rekannya ini mirip Ziad Jarrah, pilot terakhir pada pesawat United Airlines Flight 93 dan Said Bahaji, anggota sel Al-Qaidah di Jerman berusia 26 tahun berdarah Maroko-Jerman.

Kembali ke Jerman, yaitu acara pernikahan Bahaji berlangsung pada tahun 1999 dimana Al-Shehhi ada di sana difilmkan. Saksi-saksi mata lain memberitahu soal Bahaji lewat foto-foto, sebagai seorang dari sekelompok pria yang mereka lihat di Spanyol. Akan tetapi, Bahaji juga memperlihatkan kemiripan dengan kehadiran Mohamed Atta, yang tengah dilacak di daerah-daerah yang sama di Spanyol lewat catatan-catatan hotel dan perjalanannya.

Pada tanggal 27 Agustus, dia check in di sebuah motel di Laurel, Maryland, hanya satu mil jauhnya dari hotel Valencia dimana empat pelaku aksi yang lainnya tinggal.Pada tanggal 7 September keempat pelaku aksi Flight 93 terbang dari Fort Lauderdale ke Newark International Airport dengan menumpang pesawat Spirit Airlines.

Dini hari tanggal 9 September, Jarrah terkena tilang karena mengebut di jalan raya di Maryland dan diharuskan membayar $ 200. Jarrah menelepon kedua orang tuanya, menyebutkan bahwa dia telah menerima uang permintaannya yang dikirim orang tuanya lima hari yang lalu. Dia mengatakan kepada mereka bahwa dia hendak berjumpa dengan mereka pada tanggal 22 September dalam acara pernikahan sepupunya dan telah membeli jas baru untuk acara tersebut. Wanita pemilik tempat tinggalnya kemudian mengkonfirmasikan bahwa Jarrah telah memperlihatkan jas tersebut beberapa hari sebelumnya.
Menurut sebuah sumber, Jarrah telah merancang sebuah kokpit tiruan yang besar, terbuat dari kertas kardus di apartemennya tidak berapa lama sebelum serangan.

Pagi hari tanggal 11 September 2001, Ziad Jarrah menumpang pesawat United Airlines Flight 93 tanpa insiden, dan duduk di kelas satu dekat kokpit. Sehubungan dengan penundaan keberangkatan, pilot dan awak pesawat diberitahu bahwa sebelumnya telah terjadi pembajakan pada hari itu dan mereka dimohon untuk berhati-hati. Beberapa menit kemudian, pesawat Flight 93 juga berhasil mereka kuasai.

Komisi 9/11 menyatakan bahwa Jarrah adalah pilotnya. Transkrip penerbangan mungkin menunjukkan Saeed al-Ghamdi, yang juga terlatih melakukan penerbangan simulasi, bisa juga menjadi pilot atau ko-pilot. Dua pelaku aksi terdengar memanggil sang pilot “Saeed.”

Suara pilot terdengar melalui kendali lalu-lintas udara, memberitahu penumpang untuk tetap di tempat. Pada pukul 9:39 AM, pilot mengumumkan, “Di sini kapten. Dimohon semua tetap berada di tempat. Ada sebuah bom di pesawat dan akan kembali ke bandara, agar tuntutan kami [tidak bisa dipahami]. Mohon tetap tenang.” melalui radio.

Setidaknya terdengar dua telepon yang berasal dari penumpang mengindikasikan bahwa semua pelaku aksi yang mereka lihat menggunakan ikat kepala berwarna merah, dan mengindikasikan bahwa salah seorang dari mereka telah mengikatkan boks di sekeliling tubuhnya, dan mengklaim di dalamnya ada bom – diduga pemuda itu adalah Ahmad Al Haznawi atau Ahmad Al Nami.

Para penumpang pesawat mendengar melalui panggilan telepon nasib pesawat yang dibajak lainnya. Mereka sadar bahwa mereka harus mengambil alih kembali kokpit/kemudi dari para pelaku aksi atau pesawat mereka juga akan dijadikan sebagai rudal. Seorang penumpang memberontak dan hendak menggagalkan rencana, namun gagal menyelamatkan pesawat.

Menurut para penyidik AS, analisa terhadap rekaman kokpit pesawat terbang pada tanggal 8 Agustus 2003, sekumpulan penumpang mencoba melabrak masuk ke dalam kokpit. Agar mereka terjatuh, pilot berusaha menggulingkan pesawat ke kiri dan ke kanan. Ketika usaha ini gagal, dia kemudian menghempaskan moncong pesawat ke depan dan ke belakang. Akan tetapi, para penumpang terus mendobrak pintu kokpit. Mereka menggunakan sebuah trem sebagai alat pelantak dan mulai menghancurkan pintu kokpit. Akhirnya pilot diberitahu seorang rekannya untuk menabrakkan pesawat ke pertanian Pennsylvania daripada kendali pesawat diambil alih oleh penumpang.

Sebagai jawaban, pilot menjungkirbalikkan pesawat dan mulai menghunjam ke bawah. Pesawat United 93 jatuh pada kecepatan 580 mil per jam (933 km/jam) ke sebuah tambang terbuka di pinggiran hutan dekat Shanksville, Pennsylvania pada pukul 10:03:11, 125 mil (200 km) dari Washington, D.C.
Dengan demikian, meskipun target serangan pesawat Flight 93 gagal ditabrakkan ke Gedung Capitol Hill, para pemuda pemberani ini tetap berhasil menyelesaikan misi mereka dan menggagalkan sekelompok penumpang yang melawan. Seluruh penumpang dikabarkan tewas, termasuk keempat pemuda pemberani di dalamnya.


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar