Rabu, 25 November 2009

Khutbah Idul Adha 1430 H: Tunduk dan Berkorban Demi Tegaknya Syariah dan Khilafah

Rabu, 25 November 2009 | 0 komentar

الله أكبر ×٩ ولله الحمد.

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلَِّ عَلَى حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَتِهِ إِلىَ يَوْمِ الْقِيَامَةْ. قَالَ تَعاَلَى فِي كِتَابِهِ، وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ:( إِنّا أَعطَينٰكَ الكَوثَرَ ﴿١﴾ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانحَر ﴿٢﴾ إِنَّ شانِئَكَ هُوَ الأَبتَرُ ﴿٣﴾ ). فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Hari ini kaum Muslimin di seluruh dunia kembali merayakan hari raya Idul Adha. Di hari yang agung ini, kaum Muslimin menggemakan takbîr, tahmîd, tashbîh, dan tahlîl; berbondong-bondong menunaikan shalat Id dan mendengarkan khutbah, kemudian diteruskan dengan penyembelihan dan pembagian hewan kurban. Selama hari tasyriq, alunan kalimat thayyibah itu pun masih akan terus terdengar. Pada saat yang sama di tanah Haram, jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul memenuhi panggilan Allah, bersama-sama menunaikan ibadah haji dengan segala rangkaian manasiknya. Mereka berbaur menjadi satu tanpa dibatasi sekat kebangsaan, warna kulit dan aliran.

Realitas ini menunjukkan bahwa sesungguhnya umat ini adalah umat yang satu. Umat yang diikat dengan akidah yang sama, akidah Islam; dan diatur dengan hukum yang sama, yaitu hukum Islam; memiliki kitab yang sama, al-Quran; dan menghadap kiblat yang sama; Baitullah al-Haram.

Namun sayangnya, persatuan itu hanya sesaat dan terbatas dalam perkara ibadah ritual. Di luar itu, kondisib mereka amat memprihatinkan. Pertikaian, konflik, hingga pertumpahan darah sesama umat Islam masih menjadi problem serius yang belum teratasi. Ukhuwah Islamiyyah yang diperintahkan masih sebatas seruan dan persatuan baru menjadi dambaan. Mengapa ini bisa terjadi?

Jawabnya: Karena umat Islam saat ini tidak lagi hidup dalam satu kepemimpinan dan satu institusi negara. Padahal, selain dipersatukan oleh akidah, hukum, rasul, kitab, dan kiblat yang sama, umat Islam juga diwajibkan agar hidup dalam satu kepemimpinan dan satu institusi negara. Itulah khalifah, yang memerintah dengan syariah dalam satu wadah daulah Khilafah.

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Sesungguhnya masalah kesatuan umat dalam kepemimpinan dan institusi negara ini merupakan masalah yang amat penting. Sedemikian pentingnya hingga perkara tersebut ditetapkan sebagai salah satu al-qadhiyyah al-mashîriyyah (perkara utama) umat ini. Yakni, perkara yang mempertaruhkan hidup dan mati. Siapa pun yang berani memecah belah kesatuan umat dalam kepemimpinan ini harus ditindak tegas. Rasulullah saw bersabda:

مَنْ أَتَاكُمْ وَأَمْرُكُمْ جَمِيعٌ عَلَى رَجُلٍ وَاحِدٍ يُرِيدُ أَنْ يَشُقَّ عَصَاكُمْ أَوْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوهُ

Siapa saja yang datang kepada kamu sekalian —sedangkan urusan kalian berada di tangan seorang (khalifah)— kemudian dia hendak memecah-belah kesatuan dan jama’ah kalian, maka bunuhlah dia (HR Muslim)

Hadits ini amat jelas menunjukkan wajibnya umat Islam berada dalam satu kepemimpinan. Ketika mereka berada dalam satu jama’ah, di bawah kepemimpinan seorang khalifah, lalu ada orang lain yang datang ingin memecah persatuan dan jama’ah mereka, maka wajib dijatuhkan sanksi tegas: hukuman mati.

Kita semua telah menyaksikan betapa sengsaranya umat Islam ketika tidak hidup dalam satu kepemimpinan khilafah. Setelah tiga belas abad hidup dalam satu institusi daulah, kini kaum Muslim terpecah-belah dalam puluhan negara kecil. Umat yang dulu disegani ini pun berubah menjadi umat yang lemah. Keadaan ini diperparah oleh sikap rezim di negeri-negeri Islam yang tidak peduli terhadap Islam dan umatnya. Akibatnya, meskipun kaum kafir telah nyata-nyata menampakan permusuhan terhadap kaum Muslim, menumpahkan darah, menguras harta kekayaan, dan menginjak-injak kehormatan mereka, para penguasa itu hanya diam. Bahkan ketika Rasulullah saw dilecehkan dalam gambar-gambar kartun, al-Quran dihinakan dan mushafnya dimasukkan ke dalam WC di penjara Guantanamo, Islam dicerca sebagai agama teroris, dan Masjid al-Aqsha dikangkangi, dibakar, dan hendak dirobohkan oleh kaum kafir Yahudi, para penguasa itu pun tidak merasa terusik. Kondisi umat Islam benar-benar laksana buih yang diombang-ambing oleh gelombang. Sungguh amat menyedihkan!

Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,

Setiap hari raya Idul Adha, kita selalu diingatkan kisah tentang ketundukan, ketaatan, dan pengorbanan Nabi Ibrahim as dan putranya dalam menjalankan perintah Allah Swt. Ketika Nabi Ibrahim as diperintahkan untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail as, keduanya segera bergegas melaksanakan perintah Allah. Tak tampak sama sekali keraguan, keengganan, apalagi penolakan. Keduanya dengan ikhlas menunaikan perintah Allah Swt, meski harus mengorbankan sesuatu yang paling berharga dan dicintai. Ibrahim rela kehilangan putranya, dan Ismail pun tak keberatan kehilangan nyawanya.

Ketundukan dan pengorbanan sesungguhnya telah menjadi tabiat para kekasih Allah (khalilu-Llah). Dalam menyebarkan risalahnya, Qudwatunâ wa uswatunâ Rasulullah saw telah mempertaruhkan semua yang dimilikinya. Meskipun mendapatkan berbagai penentangan dan perlawanan, sama sekali tidak membuat beliau mundur. Bahkan beliau bersumpah tidak akan berhenti berjuang hingga Islam dimenangkan atau beliau binasa karenanya.

Ketundukan dan pengorbanan juga ditunjukkan oleh para sahabat. Lihatlah, peristiwa heroik yang ditunjukkan oleh generasi awal umat terbaik ini. Antara lain Muhaishah, sahabat Rasulullah saw yang mengikuti perintah baginda untuk membunuh seorang Yahudi dalam sebuah peperangan. Yahudi yang dibunuhnya itu tak lain adalah pedagang yang biasa memberi pakaian kepadanya. Kakak Muhaishah, yang belum memeluk Islam, yaitu Huwaishah marah kepada Muhaishah, adiknya, seraya memukul dan menghardiknya, “Apakah kamu membunuhnya? Demi Allah, makanan di dalam perutmu itu berasal dari hartanya.” Muhaishah pun menjawab, “Demi Allah, sekiranya orang yang memerintahkan aku untuk membunuhnya, memerintahkan aku untuk membunuhmu, pasti aku akan penggal lehermu.” Huwaishah bertanya lagi dengan nada heran, “Demi Allah, kalau Muhammad memerintahkan kamu membunuhku, kamu akan membunuhku?” Muhaishah menjawab dengan tegas, “Benar.” Padahal, kita adalah kakak-beradik. Allahu Akbar. Inilah manifestasi ketaatan generasi emas para sahabat Rasulullah saw.

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Bercermin pada ketundukan mereka, kita pun patut bertanya kepada diri kita: Sudahkah kita memiliki ketaatan total kepada Allah dan Rasul-Nya? Tunduk dan patuh pada setiap perintah dan larangan-Nya? Atau sebaliknya, kita hanya mau tunduk kepada sebagian, namun menolak sebagian yang lain?

Ketika diperintahkan shalat, puasa, atau haji, barangkali kita segera bergegas mengerjakannya. Ketika dilarang berzina, mencuri, atau memakan babi, kita pun tak keberatan meninggalkannya. Semua ketetuan itu kita terima, tanpa sedikit pun mempersoalkan mengapa semua itu diwajibkan atau diharamkan. Akan tetapi, ketika diperintahkan Allah Swt untuk menerapkan syariah-Nya dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, dan pidana mengapa di antara kita masih ada yang mempertanyakan, merasa keberatan, bahkan menyatakan penolakannya? Mengapa itu bisa terjadi? Bukankah akidah yang kita yakini menuntut kita untuk memiliki ketundukan dan ketaatan total kepada seluruh syariah-Nya?

Apakah kita tidak tahu bahwa beriman kepada sebagian dan ingkar sebagian lainnya dapat mengantarkan pelakunya kepada kekufuran, mendapatkan kehinaan di dunia, siksa yang peduh di akhirat? (lihat QS al-Baqarah [2]: 85, al-Nisa [4]: 150-151) .

Apakah kita juga tidak sadar dengan kalimat tawhîdlâ ilâha illal-Lâhyang kita ucapkan berulang-ulang itu? Ketahuilah, bahwa kalimat tawhîd itu bukan hanya berisi pengakuan tentang keesaan Allah Swt semata. Namun di dalamnya terkandung ikrar bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Ilâh yang haq. Dialah satu-satunya Dzat yang berhak dan wajib disembah, diibadahi, dan ditaati. Konsekuensinya, kita harus tunduk dan patuh terhadap seluruh hukum-Nya. Ucapan yang keluar dari seorang Mukmin dalam merespon semua seruan-Nya hanyalah sami’nâ wa atha’nâ. Allah Swt berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS al-Nur [24]: 51).

Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,

Kita juga patut bertanya: sejauh manakah pengorbanan kita dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt? Sudahkah kita sanggup merelakan harta, jabatan, keluarga, bahkan jiwa dan raga kita demi menegakkan agama-Nya? Atau justru sebaliknya, kita masih merasa berat dan enggan melakukannya. Jangankan nyawa, berkorban dengan sedikit tenaga, pikiran, harta, dan waktu saja, kadang masih terasa sulit. Mengapa ini bisa terjadi? Bukankah kita dituntut untuk meletakkan kecintaatan kepada Allah Swt, Rasul, dan jihad di jalan-Nya melebihi segalanya (lihat QS al-Taubah [9]: 24).

Di antara kiat memupuk jiwa mudah berkorban adalah dengan memperkokoh keimanan kepada akhirat. Bahwa besarnya pengorbanan yang kita berikan di dunia, jauh lebih kecil dibandingkan dengan balasan yang bakal kita terima: surga beserta ragam kenikmatan di dalamnya. Sebaliknya, kesenangan mengabaikan perintah Allah Swt dan rasul-Nya hanya akan menjerumuskan pelakunya kepada siksa neraka yang amat dahsyat.

Keyakinan inilah yang mampu menjadikan kaum Muhajirin terasa ringan melangkahkan kaki meninggalkan harta dan keluarga untuk berhijrah ke Madinah. Keyakinan ini pula yang membuat kaum Anshar bersedia menyerahkan kekuasaannya kepada Rasululalh saw dan menerima saudaranya dari kalangan Muhajirin dengan rasa cinta. Juga karena keyakinan ini, kaum Muslim bersemangat melakukan futûhât sehingga wilayah kekuasaan Islam terbentang luas dalam waktu yang amat cepat.

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Telah 88 tahun umat Islam hidup tanpa Khilafah. Padahal, umat Islam hanya diberikan masa tenggang selama tiga hari hidup tanpa khalifah. Ini berarti, kewajiban mengangkat khalifah telah jauh melampaui batas waktu yang diperbolehkan. Keadaan ini harus melecut semangat kita untuk berjuang menegakkannya.

Maka, inilah saatnya kita berkorban. Tampil ke depan membawa panji-panji Islam. Berjuang dengan segenap daya dan kemampuan menyongsong kemenangan yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Hari ini kita diperintahkan berkurban, semestinya menjadi ibrah, dalam memberikan pengorbanan kita yang lain. Tidak hanya berhenti pada penyembelihan kambing, sapi, atau unta. Namun pengorbanan harta, waktu, jiwa dan raga kita demi tegaknya agama Allah di muka bumi.

Sekaranglah saat yang tepat bagi kita untuk membuktikan ketundukan dan pengorbanan kita dalam berjuang menegakkan agama-Nya. Janganlah sia-siakan kempatan emas ini. Karena Allah Swt melebihkan derajat orang yang berjuang sebelum tegaknya daulah khilafah. Allah Swt berfirman:

لاَ يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى

Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik (QS al-Hadid [57]: 10).

Akhirnya, marilah kita berdoa semoga Allah Swt memberi kita kesabaran, kekuatan, dan kekompakan, serta memungkinkan kita berperan penting dalam upaya menegakkan dan memperjuangkan negara Khilafah.

اللَّهُمَّ يَا شَاهِدَ كُلِّ نَجْوَى، وَمَوْضِعَ كُلِّ شَكْوَى، وَعَالِمَ كُلِّ خَفِيَّةِ، وَمُنْتَهَى كُلِّ حَاجَةٍ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى أَخْشَاكَ كَأَنِّي أَرَاكَ، وَأَسْعِدْنِي بِتَقْوَاكَ، وَلاَتَشْقِنِي بِمَعْصِيَتِكَ، وَخِرْ لِي فِي قَضَائِكَ، وَبَارِكْ لِي فِي قَدَرِكَ حَتىَّ لاَ أُحِبَّ مَا أَخَّرْتَ وَلاَ تَأْخِيْرَ مَا عَجَّلْتَ، اللَّهُمَّ مَا أَخَافُ فَاكْفِنِيْ، وَماَ أَحْذَرُ فَقِنِيْ، وَفِي نَفْسِيْ وَدِيْنِيْ فَاحْرُسْنِيْ، وَفِي رِزْقِيْ فَبَارِكْ لِي، وَفِي أَعْيُنِ النَّاسِ فَعَظِّمْنِيْ، وَمِنْ شَرِّ الْجِنِّ وَالإِنْسِ فَسَلِّمْنِيْ، وَبِعَمَلِيْ فَلاَ تَبْتَلِنِيْ، وَبِنِعَمِكَ فَلاَ تَسْلُبْنِيْ، وَإِلَى غَيْرِكَ فَلاَ تَكِلْنِي، إِلَهِي إِلَى مَنْ تَكِلُنِي، إِلَى قَرِيْبٍ فَيَقْطَعُنِيْ، أَمْ إِلَى بَعِيْدٍ فَيَتَجَهَّمُنِيْ، أَمْ إِلَى الُمْسَتْضَعَفِيْنَ لِيْ وَأَنْتَ رَبِّي وَمَلِيْكُ أَمْرِيْ.. اللَّهُمَّ هَذَا حَالُنَا، وَهَذَا ضَعْفُنَا لاَيَخْفَى عَلَيْكَ ظَاهِرٌ بَيْنَ يَدَيْكَ، اللَّهُمَّ عَجِّلْ نُصْرَتَكَ بِقِيَامِ دَوْلَةِ الْخِلاَفَةِ الرَّاشِدَةِ التي تُطَبِّقُ أَحْكَامَكَ، وَتَحْرُسُ دِيْنَكَ وَأُمَّةَ نَبِيِّكَ، وَتَوَحَّدَتْ بِهَا كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، وَأَعَادَ الله بِهَا مَجْدَهَا، وَأَذَلَّ بِهَا الْكُفْرَ وَطُغْيَانَه. اللَّهُمَّ أَعِدْنَا فِي عِيْدِنَا الْقَادِمِ وَالْخِلاَفَةُ قَائِمَة بِإِذْنِكَ، فِي عَصْرِنَا هَذَا وَبِأَيْدِيْنَا..

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وبارك وسلم..


read more

Jumat, 06 November 2009

Pernyataan Sikap KISPA Atas Penyerangan Tentara Rezim Israel Ke Masjid AL AQSHA

Jumat, 06 November 2009 | 0 komentar

Rezim Israel telah melakukan tindakan penistaan dan penodaan terhadap kemuliaan dan kesucian masjid Al Aqsha, kiblat umat Islam pertama yang berada di tanah suci Al Quds.

Tindakan penistaan dan penodaan tersebut terjadi pada hari Ahad, 25/10/2009, ketika ratusan pasukan Rezim Israel dengan arogan dan sombongnya menyerbu tempat suci umat Islam, mereka masuk ke pelataran masjid Al Aqsha, memukuli jama’ah dan menembakkan peluru karet, gas air mata, serta melemparkan granat.

Akibatnya, jama’ah masjid luka-luka, darah berceceran membasahi pelataran masjid, banyak korban berjatuhan, dan sebagian lagi di tangkap.

Kekerasan dan kebiadaban terus berlanjut, masjid suci kaum muslimin dinodai oleh tangan-tangan jahat Rezim Israel, akankah kita berdiam diri saja ???

Menyikapi kejadian di atas, maka kami pengurus KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina) menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Mengutuk Rezim Israel yang telah melakukan penistaan dan penodaan terhadap masjid Al Aqsha, kiblat umat Islam yang pertama.

2. Mendesak pemimpin Arab dan Islam untuk segera mengambil tindakan penyelamatan terhadap kota Al Quds khususnya masjid Al Aqsha dari upaya penghancuran oleh Rezim Israel.

3. Mendesak pemerintah Indonesia untuk mendukung penuh perjuangan rakyat Palestina dalam menjaga kemuliaan masjid Al Aqsha dan meraih kemerdekaan yang hakiki dari tangan penjajah Rezim Israel.

4. Meyerukan kepada para ulama dan umat Islam untuk menjadikan hari Jum’at, tanggal 30/10/2009 sebagai hari PEMBELAAN TERHADAP MASJID AL AQSHA.

5. Mengajak kaum muslimin, rakyat Indonesia untuk mendukung dan mendoakan perjuangan rakyat Palestina serta melakukan aksi solidaritas pembelaan terhadap masjid Al Aqsha.

Semoga Allah membantu perjuangan hamba-Nya dan memberikan kemenangan yang hakiki. Amin.

Jakarta, Selasa, 08 Dzulqaidah 1430 H
27 Oktober 2009 M



H. Ferry Nur, S.Si. Andi Syaefuddin, SE
Ketua Sekretaris Jendral

CP: HP. 08557800950
Email: ferryn2006@yahoo.co.id

read more

Kamis, 05 November 2009

Ketua Parlemen Palestina: Saya Siap Gantikan Posisi Abbas

Kamis, 05 November 2009 | 0 komentar

Gaza – Dr. Aziz Duweik, Ketua Parlemen Palestina, menyatakan bahwa penangkapan, pengekangan dan pengejaran yang dilakukan oleh milisi Abbas di Tepi Barat membuat kompleks persoalan Palestina dan menjadi batu penghalang tercapainya rekonsiliasi dan diakhirinya perpecahan. Dia mengatakan, "Daripada otoritas Ramallah terus melakukan penangkapan, lebih baik menyiapkan panggung Palestina untuk merealisasikan rekonsiliasi Palestina, seperti yang diciptakan pada tahun 2006."

Duweik mengatakan hal tersebut dalam sebuah wawancara dengan koresponen Infopalestina, Rabu malam (11/11). Ia mengatakan, "Situasi di Tepi Barat memprihatinkan dan sangat mengganggu, dan tidak memuaskan, dikarenakan banyaknya penangkapan terhadap sejumlah kader Hamas. Saya tidak tahu sampai kapan situasi sulit ini terus berlanjut."

Mengenai seruan Abbas untuk melaksanakan pemilu, Ketua Parlemen Palestina ini menegaskan bahwa pemilu Palestina tidak dapat dilaksanakan sebelum tercapainya rekonsiliasi dan tersedianya suasana yang kondusif untuk itu. Dia menjelaskan bahwa faksi-faksi Palestina tidak menentang konsep pemilu. Bahkan benar-benar menyambut baik bila pemilu berlangsung demokratis dan transparan serta dilaksanakan oleh institusi yang bersih tidak memihak.

Ia melanjutkan, "Pergerakan politik yang intensif dilakukan pada hari-hari ini oleh para pemimpin faksi Palestina adalah untuk mengatasi hambatan-hambatan antara Hamas dan Fatah."

Ia meminta Mesir mempertimbangkan catatan yang disampaikan faksi-faksi Palestina, terutama catatan Hamas harus dipertimbangkan secara serius. Karena Hamas adalah salah satu pihak yang menonjol, besar, penting dan aktif di arena Palestina. Dia mengungkapkan rasa optimisnya akan tercapainya persatuan Palestina dan rekonsiliasi, serta diakhirinya perpecahan.

Mengenai kesiapannya untuk memikul tanggung jawab jika Abbas mengundurkan diri dan pelaksanaan pemilu, ketua Parlemen Palestina ini menegaskan kesiapannya untuk mengambil alih posisi presiden. Ia mengatakan, "Konstitusi dan undang-undang dasar Palestina sangat jelas, secara eksplisit menetapkan bahwa dalam hal pengunduran diri atau kematian atau adanya hambatan pelaksanaan tugas dan wewenang presiden, ketua Parlemen menggantikannya sampai diselenggarakan pemilu dalam waktu 60 hari. Saya menghormati hukum dan Undang-Undang Dasar Palestina, saya komitmen untuk melaksanakan keduanya. Tidak seperti yang dikatakan sebagian pihak bahwa saya mencari-cari dan menunggu-nunggu kekuasaan. Kami katakan kepada mereka firman Allah ta’ala yang artinya; ”Itulah negeri akhirat kami berikan kepada mereka yang tidak menginginkan kesombongan dan kerusakan (korupsi) di muka bumi.” (QS. Al-Qashash: 83).

Berikut wawancara selengkapnya:

Anda mengatakan kemungkinan penanda-tanganan atas inisiatif rekonsiliasi dari Mesir dilakukan di akhir bulan ini (November, red.), maksudnya seperti apa?

Memang ada pergerakan politik secara intensif di hari-hari ini yang dilakukan oleh para petinggi faksi Palestina untuk bisa keluar dari hambatan dan rintangan. Seruan saya, 10 hari sebelumnya, sudah sangat jelas. Saya menyeru kepada semua pihak untuk menandatangani inisiatif (Mesir) itu dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari semua faksi, khususnya masukan Hamas harus direspon dengan serius. Karena Hamas adalah salah satu pemain penting dalam kancah politik Palestina. Namun saya merasa, bahwa mengembalikan kesatuan, menghentikan perpecahan dan mewujudkan rekonsiliasi nasional adalah sangat dekat realisasinya. Hal ini akan berhasil, dengan izin Allah ta’ala tentunya, dan bangsa Palestina akan mendengar berita gembira ketika itu.

Yang penting Harmonis

Apakah ada sekarang ini kontak-kontak antara Hamas dan Mesir? Apakah ide atau catatan atas inisiatif Mesir bisa diterima? Lalu apa isinya ?

Tak disangka lagi, saat ini kontak-kontak terus dilakukan pada level regional. Namun lebih penting dari kontak-kontak itu adalah kontak antar petinggi Palestina yang memiliki kepentingan untuk bisa leluar dari krisis yang tengah dihadapi oleh bangsa Palestina. Adapun soal catatan atas inisiatif Mesir, jika poin-poinnya disetujui oleh semua faksi Palestina, maka saya melihat tak ada alasan apapun bagi pihak Mesir untuk menolaknya. Dan saat itu, mereka (Mesir, red.) akan menerimanya.

Jabatan Kepala Otoritas Palestina (OP)

Dalam pernyataan, Anda mengatakan siap untuk memimpin OP saat Abbas mundur dan siap menjalankan pemilu, apa sebenarnya yang terjadi? Lalu apakah Anda yakin bahwa Abbas serius dalam pernyataan mundurnya itu?

Konstitusi dan undang-undang Palestina sangat jelas, secara eksplisit menetapkan bahwa dalam hal pengunduran diri atau kematian atau adanya hambatan pelaksanaan tugas dan wewenang presiden, ketua Parlemen menggantikannya sampai diselenggarakan pemilu dalam waktu 60 hari. Saya menghormati hukum dan Undang-Undang Dasar Palestina, saya komitmen untuk melaksanakan keduanya. Tidak seperti yang dikatakan sebagian pihak bahwa saya mencari-cari dan menunggu-nunggu kekuasaan. Kami katakan kepada mereka firman Allah ta’ala yang artinya; ”Itulah negeri akhirat kami berikan kepada mereka yang tidak menginginkan kesombongan dan kerusakan (korupsi) di muka bumi.” (QS. Al-Qashash: 83).

Pemilu Sangat Terkait dengan Rekonsiliasi

Namun nanti Abbas akan bertanya-tanya; selama Anda setuju dengan pelaksanaan pemilu kenapa Anda tidak merespon seruan dan dekrit yang dikeluarkan Abbas dalam masalah ini? Dan apa perbedaan antara seruan (Duweik) ini dengan seruan (Abbas) itu?

Terkait dengan pemilu, saya ingin tegaskan bahwa pihak-pihak Palestina tidak menolak tentang arti pemilu, sebab perjalanan persoalan bangsa kita tergantung pada pemilu. Semua menyambut pemilu ini jika dilaksanakan secara demokratis dan bersih serta dipantau oleh lembaga-lembaga yang bersih pula. Ditambah kondisinya memungkinkan bagi perhelatan demokrasi itu sendiri. Akan tetapi soal pemilu ini sebenarnya terpisah dari apa yang kini dibahas, yaitu soal rekonsiliasi dan soal pemilu adalah bagian dari rekonsiliasi. Ini yang sebenarnya dilakukan, pelaksanaan pemilu berbarengan dengan rekonsiliasi.

Penangkapan di Tepi Barat

Hari-hari ini kita menyaksikan aksi-aksi penangkapan dan interogasi di Tepi Barat semakin meningkat, apakah hal ini akan mempengaruhi pada tercapainya rekonsiliasi nasional?

Benar.... aksi-aksi penangkapan, pengejaran dan penggeledahan memperkeruh persoalan bangsa Palestina. Ini rintangan yang menghadang bagi suksesnya rekonsiliasi dan mengakhiri perpecahan internal Palestina. Seharusnya kita siap-siap untuk melakukan rekonsiliasi, seperti yang dulu kita lakukan dalam menyambut pemilu daripada meneruskan aksi-aksi penangkapan.

Rintangan Hadangi Kerja Ketua Parlemen

Setelah Anda bebas dan kembali menjadi Ketua Parlemen Palestina, adakah perubahan yang terjadi? Kalau ada rintangan, bisa disebutkan apa halangan dan rintangan tersebut?

Seharusnya pertanyaan ini diajukan kepada mereka yang melarang para anggota parlemen yang dipilih rakyat secara demokratis dan diakui kebersihannya oleh dunia internasional, menunaikan tugasnya sebagai wakil rakyat (OP di Ramallah, red.). Kondisinya sama seperti dulu, anggota parlemen dilarang menjalankan semua aktivitasnya.

Peran Anggota Parlemen yang Sudah Bebas

Ada semacam kecaman dari pendukung Hamas di Tepi Barat kepada para anggota parlemen yang sudah bebas bahwa mereka tidak menjalankan perang yang memang ditunggu-tunggu dalam mengungkap kejahatan yang dilakukan kepada hak seorang warga, baik itu mengenai penangkapan atau pemecatan semena-mena. Menurut Anda seperti apa?

Anggota-anggota parlemen yang sudah bebas dari penjara Zionis Israel kini masih menata dalam menggapai kebebasan ini. Namun mereka dikejutkan oleh kondisi sulit dan sangat berbeda dengan sebelumnya. Ada yang sengaja diusir dari kerjanya sebagai wakil rakyat, namun mereka menentang dan terus bekerja sebagai wakil rakyat. Pengaduan dari warga terus berdatangan dari segala penjuru sehingga mereka sempat kuwalahan menghadapinya. Ada warga yang mengadukan pemecatang semena-mena, yang lain mengadukan penangkapan dan yang lain-lainnya. Walaupun waktu yang diberikan kepada para wakil rakyat ini pendek, namun mereka terus berusaha dengan mengerahkan segala upaya untuk meringankan beban warga Palestina tersebut. Seharusnya semua anggota parlemen Palestina menjalankan tugasnya menjadi wakil rakyat dari kantornya, tidak di jalan-jalan dan tak punya tempat tinggal!

Kontak Hubungan dengan Parlemen Dunia

Apakah Anda melakukan kontak hubungan dengan parlemen-parlemen Arab dan Dunia untuk menjelaskan karaktek halangan yang Anda hadapi, bahkan ini menjadi ancaman bagi Anda dan teman-teman Anda. Apakah Anda juga menyampaikan sebuah tanda tanya besar tentang pengalaman demokrasi yang kini berlangsung di dunia, apa ada manfaatnya?

Kontak hubungan kami dengan teman-teman Arab dengan berbagai institusinya terus berlangsung. Beberapa pekan lalu kami sampaikan kepada Sekjen Liga Arab, Amr Musa tentang masalah ini, dan kemarin (Selasa, 10/11) kami baru mendapatkan jawabannya. Kami juga punya kontak dengan parlemen-parlemen Arab dan Islam, kami mengirim surat dan mereka menjawab kami. Kami melakukan kontak dengan mereka sesuai dengan kemampuan kami. Tidak itu saja, kami juga mengontak parlemen-parlemen Eropa dalam rangka mengkampanyekan pembebasan sebagian anggota parlemen Palestina yang masih ditahan di penjara Zionis Israel.

Kondisi Tepi Barat Memprihatinkan

Di saat kampanye untuk memberangus gerakan Islam dan program perlawanan pejuang Palestina di Tepi Barat, baik dari pihak penjajah Zionis maupun dari OP Ramallah, apa penilaian Anda terhadap kondisi di Tepi Barat ini melalui kontak-kontak dengan masyarakat disana?

Secara umum kondisi di Tepi Barat tidak menyenangkan karena banyaknya penangkapan yang dialami oleh kader-kader Hamas. Kondisinya memang memprihatinkan sekali, dan saya sendiri tidak tahu sampai kapan kondisi pahit berlangsung. Tapi saya sudah berjanji, sejak awal saya bebas, saya berusaha mengembalikan persatuan Palestina dan menghentikan perpecahan ini, dengan izin Allah ta’ala, sehingga kembali seperti semula sebelum adanya konflik internal. [adm/infopalestina]


read more